KONSEP PEMBANGUNAN
A. Tinjauan Etimologik
Istilah pembangunan berasal dari kata bangun, diberi
awalan pem- dan akhiran -an guna menunjukkan perihal membangun.
Kata bangun setidak-tidaknya mengandung empat arti. Pertama, bangun dalam arti sadar atau siuman, seperti
dalam bait lagu Indonesia Raya: "Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya ...
" kedua, dalam arti bangkit atau
berdiri. Ketiga, bangun dalam
arti bentuk, dahulu Ilmu
Ukur disebut Ilmu Bangun. Dalam kalimat: "bangunnya persegi panjang,"
bangun berarti bentuk. Keempat,
bangun dalam arti kata kerja membuat, mendirikan, atau membina. Dilihat
dari sudut
etimologik ini, konsep pernbangunan meliputi keempat arti tersebut.
Pembangunan meliputi segi anatomik (bentuk); fisiologik (kehidupan),
dan behavioral (prilaku).
B. Tinjauan Ensiklopedik
Kata pembangunan telah
menjadi bahasa dunia. Hasrat bangsa-bangsa untuk. mengejar bahkan memburu masa
depan yang lebih baik menurut kondisi dan cara masing-masing, melahlirkan
berbagai konsep yang berkaitan dengan konsep pembangunan. Konsep itu antara
lain pertumbuhan (growth), rekonstruksi
(reconstruction), modernisasi (modernization), westernisasi (westernization), perubahan sosial (sosial change), pembebasan (liberation), pembaharuan (innovation), pembangunan bangsa (nation building), pembangunan nasional (national development), pembangunan (development), pengembangan, dan pembinaan.
C. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah konsep Ilmu
Ekonomi. Lengkapnya pertumbuhan ekonomi. Menurut Thirlwall dalam Growth and Development (1974, 23), pertumbuhan
berarti kenaikan pendapatan nasional nyata dalam jangka waktu tertentu. Dalam The Stages of Economic Growth (1960), Rostow membentangkan teorinya tentang
tahap-tahap pertumbuhan ekonomi. Tidak seperti Marxisme yang mengajarkan bahwa
masyarakat sosialistik atau komunistik merupakan akhir dan puncak pertumbuhan
ekonomi, Rostow berpendapat bahwa kapitalisme majulah tahap tertinggi
pertumbuhan ekonomi. Ada lima tahap utama
pertumbuhan :
- Masyarakat tradisional. Ciri
khas masyarakat ini ialah keterikatan mereka pada lingkungan dan sistem
kemasyarakatan bersifat feodal.
- Tahap transisional. Dalam
masyarakat peralihan ini lahir kelas menengah yang menguasai
bisnis-perdagangan. Di samping itu muncul aktivitas
sosial baru di bidang transportasi dan modernisasi pertanian. Dalam tahap
ini fase tinggallandas dipersiapkan.
- Tahap tinggal landas. Tahap ini
ditandai oleh peningkatan investasi dan pendapatan nyata masyarakat. Pada
tahap ini terjadi perubahan mendasar di bidang industri; antara lain
meluasnya peranan sektor industri unggul.
- Tahap pemantapan (pendewasaan).
Pada tahap ini digunakan teknologi tinggi. Sektor industri mempengaruhi
sektor-sektor lainnya. Tumbuhnya
managemen profesional.
- Tahap konsumsi massa tinggi.
Tahap ini ditandai oleh kemampuan masyarakat untuk berkembang secara
mandiri. Masyarakat konsumsi tinggi merupakan masyarakat yang secara
teknik-teknologikal sudah matang dan dewasa.
Faktor apakah yang mendorong pertumbuhan ekonomi? Michael Todaro dalam Pembangunan
Ekonomi di Dunia Ketiga (1983, 140) menyebut tiga faktor pertumbuhan
ekonomi:
1. Akumulasi feodal termasuk semua
investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumberdaya manusia.
2. Perkembangan penduduk dalam arti
peningkatan tenaga kerja, baik kuantitas, maupun kualitas.
3. Kemajuan teknologi, yaitu hasil
cara baru yang telah diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari beberapa indikator (Todaro, 1983, 150 dyb):
Tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita. Jika pendapatan
suatu masyarakat melebihi jumlah penduduk, pendapatan per kapita juga
meningkat.
·
Tingkat pertumbuhan produktivitas.
Tingkat produktivistas antara lain ditunjukkan oleh sejauh mana tingkat efisiensi
kerja ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
·
Tingkat transforrnasi struktur
ekonomi, misalnya ekonomi barter ke ekonomi uang, perubahan dari usaha rumah
tangga ke perusahaan raksasa.
·
Tingkat transformasi sosial, politik
dan ideologi, yaitu perubahan dan pemantapan sistem sosial, politik dan
ideologi nasional.
·
Jangkauan ekonomi internasional,
yaitu sejauh mana pengaruh ekonomi nasional negara yang bersangkutan terhadap
ekonomi intemasional.
Salah satu keberatan terhadap konsep
pembangunan dalam arti pertumbuhan ekonomi (saja) ialah kemungkinan terjadinya
pertumbuhan ekonomi tanpa didukung oleh perubahan sosial, sehingga pada suatu
saat terjadi stagflasi (Thirlwall,
1974, 23). Tanpa adanya dukungan perubahan sosial, pertumbuhan ekonomi dapat
membawa dampak negatif terhadap bidang sosial, misalnya pengangguran,
dehumanisasi dan sebagainya (Ponsioen,368, 21). Pertumbuhan ekonomi jika tidak
diikuti oleh kemampuan dan ketahanan sosial adalah ibarat bayi, walaupun subur
dan bobotnya meningkat cepat, ia tetap bayi, tidak berkemampuan (Bryant dan
White, 1982, 15).
D. Rekonstruksi
Konsep rekonstruksi ekonomi atau
pemulihan ekonomi dak begitu populer. Upaya ini tidak ditujukan pada peningatan
pertumbuhan ekonomi secara luas, melainkan lebih dititikberatkan pada upaya
membangun kembali perekonomian suatu negara. Konsep ini dikenakan pada negara-negara
sekutu yang terlibat dalam Perang Dunia Kedua, terutama yang kalah perang,
seperti Jerman Barat dan Italia, dan tidak pada dunia ketiga. Salah satu
program terkenal di bidang rekonstruksi ini adalah Rencana Marshall (marshall
plan), Jenderal George Catlett Marshall adalah Ketua Gabungan Kepala-kepala
Staf Arnerika Serikat dalam Perang Dunia II, kemudian diangkat menjadi menteri
luar negeri (1947-1949). Dalam
kedudukannya ini ia merancang Rencana Marshall. Ia berpendapat bahwa
kemiskinan dan kekacauan ekonomi di berbagai negara di Eropa sebagai akibat
perang, merupakan bahaya bagi stabilisasi politik di negara-negara tersebut.
Kekalutan ekonomi mudah dijadikan tanah subur bagi dan dapat mengundang bahaya
komunisme. Untuk mengatasi hal ini dianjurkannya kepada negara-negara itu
untuk bersatu menyusun bersama sebuah rencana pembangunan ekonomi untuk Eropa
Barat (European Recovery Program). Menurut Edgar Owens dan Robert Shaw dalam Pembangunan Ditinjau Kembali (1980), Rencana
Marshall merupakan upaya untuk menegakkan kembali Eropa dari kehancuran akibat
Perang Dunia II.
E. Modernisasi
Modernisasi merupakan istilah
popular. Reinhard Bendix dalam Willard A. Beling dan George O.Totten, Modernisasi, Masalah Model Pembangunan
(1970) menjelaskan bahwa modernisasi adalah salah satu. bentuk perubahan sosial
yang berasal dari revolusi lndustri di Inggris (1760-1830) dan revolusi politik di Prancis (1789-1794). Aspek yang paling menonjol
dalam proses modernisasi adalah perubahan teknik industri dari cara-cara
tradisional ke cara-cara modern yang dihasilkan oleh Revolusi lndustri. Seperti
diketahui, revolusi industri didukung oleh penemuan-penemuan baru di bidang
ilmu pengetahuan, seperti penemuan mesin uap oleh James Watt (1769). Itulah sebabnya; J. W. Schoor dalam Modernisasi
(1980) memberi definisi
modernisasi sebagai penerapan pengetahuan ilmiah yang ada pada semua aktivitas,
semua bidang kehidupan, atau semua aspek-aspek masyarakat. Pendapat Schoor! ini tidak banyak berbeda dari definisi
Syed Hussein Alatas jauh sebelumnya (Hans Dieter Evers, ed., 1973, 154), yaitu:
Modernization is the process by which modem scientific knowledge covering
all aspects of human life is introduced at varying degree, first in the Western
civilization, and latter diffused to the non-Western world, by different
methods and groups with the ultimate purpose of achieving a better and more
satisfactory life in the broadest sense of the term, as accepted by the society
concerned (modernisasi adalah proses penerapan ilmu pengetahuan yang meliputi
semua segi kehidupan manusia pada tingkat yang berbeda·beda; partama di dunia
Barat, kemudian ber· baur di dalam sisa dunia lainnya melalui berbagai cara dan
kelompok dengan tujuan utama untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik
dan lebih nyaman dalam arti seluas-luasnya, sepanjang dapat diterima' oleh
masyarakat yang bersangkutan).
Dalam uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses modernisasi terdapat di mana-mana, baik
di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Modernitas diukur dengan sejauh mana bangsa yang bersangkutan menerapkan
IImu pengetahuan dan teknologi secara
bertanggung jawab.
Dalam hubungan ini perlu diingat bahwa tidak semua perubahan
sosial merupakan modernisasi. Banyak perubahan tidak ada sangkut-pautnya dengan
modemisasi, misalnya perubahan mode. Bahkan ada perubahan yang dianggap
menjauhi modernisasi, misalnya penggunaan teknologi tradisional.
Karena modernisasi berasal dari dunia Barat, timbul kesan
seolah-olah modernisasi identik dengan proses pembaratan kehidupan masyarakat
(westernisasi). Hal ini yang seringkali merintangi
gerak modernisasi di Dunia Ketiga. Padahal tidaklah seharusnya demikian. Tetapi
bagaimanapun juga, modernisasi berkaitan erat dengan perubahan sosial; di satu
pihak perubahan sikap masyarakat diperlukan sebagai prasyarat bagi kelancaran
proses modernisasi, dan pada pihak lain perubahan sosial merupakan produk proses
modernisasi. Hal ini akan disinggung dalam pembicaraan mengenai perubahan
sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar