Minggu, 22 April 2012

SANITASI LINGKUNGAN DAN KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN TAKALAR KECAMATAN MAPPAKASUNGGU KABUPATEN TAKALAR


SANITASI LINGKUNGAN DAN KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN TAKALAR KECAMATAN MAPPAKASUNGGU KABUPATEN TAKALAR
Hidayat*, Adam Badwi*, Ermawati*
* Dosen Poltekes Jurusan Kesling Makassar
** Koordinator Program Yayasan Mitra Husada
*** Dines Kesehatan Kabupaten Takalar

Undang-undang RI Nomor 23 tahun 1992, tentang kesehatan menyatakan bahwa “pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal”. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi lingkungan dan kejadian diare di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif. Kondisi sarana penyediaan air bersih dari 165 responden terdapat 54 responden (76,05 %) menderita diare dengan kondisi tidak memenuhi syarat dan 22 responden (23,40 %) menderita diare dengan kondisi memenuhi syarat. hal ini bila dikaitkan dengan kondisi sarana penyediaan air bersih dengan kejadian penyakit diare sangat erat. Kondisi sarana jamban keluarga terdapat 52 responden (57,14 %) menderita diare dengan kondisi tidak memenuhi syarat dan 24 responden (14,54 %) menderita diare dengan kondisi memenuhi syarat. Kebiasaan responden yang membuang kotoran bukan pada jamban / kakus akan mempengaruhi kondisi lingkungan sehingga angka kejadian penyakit diare meningkat. Kondisi saluran pembuangan air limbah 54 responden (68,35 %) menderita diare dengan kondisi tidak memenuhi syarat dan 22 responden (25,58 %) menderita diare dengan kondisi memenuhi syarat. Dengan melihat ketidaktahuan masyarakat tentang cara-cara pembuangan air limbah yang memenuhi syarat dan dampak yang ditimbulkan antara lain sebagai tempat penularan bibit penyakit. Dengan melihat hasil dari persentase tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sarana air bersih, jamban keluarga dan saluran pembuangan air limbah dapat mempengaruhi kejadian diare di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama antara instansi yang terkait guna meningkatkan upaya kesehatan lingkungan.

Kata Kunci : Sanitasi Lingkungan dan Diare


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-undang RI Nomor 23 tahun 1992, tentang kesehatan menyatakan bahwa “pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal”. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. (Ibrahim DP, 2007)

Penyelenggaraan upaya kesehatan dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat karena banyak masalah-masalah kesehatan yang timbul oleh keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik atau tidak memenuhi syarat akibatnya tidak sedikit penyakit yang ditimbulkan dan menambah masalah kesengsaraan hidup manusia bahkan mengakibatkan kematian. Dengan belum memadainya tingkat kesehatan lingkungan akan menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit menular. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik yaitu kejadian diare. Kejadian diare sampai saat ini masih merupakan salah satu permasalahan kesehatan bagi masyarakat di indonesia baik dipedesaan maupun di perkotaan disamping bersifat endemis diare yang muncul sebagai kejadian luar biasa (KLB) yang sering diikuti korban yang tidak sedikit dan permasalahn tentang diare didalam masyarakat masih merupakan masalah yang relatif besar. (Hamsinah, 2008)

Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam pemberantasan penyakit peningkatan keadaan gizi rakyat, pengadaan air minum, peningkatan kebersihan dan kesehatan dimasyarakat harus sedini mungkin dilakukan program memasyarakatkan perilaku hidup sehat. Secara umum dapat dikatakan bahwa dengan pembangunan kesehatan diharapkan dapat tercapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk sehingga derajat kesehatan masyarakat secara umum dapat dioptimalkan.(Marwah, 2005)

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor hasil interaksi yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara keempat faktor tersebut yang memiliki peranan terpenting mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah lingkungan. Masalah kesehatan yang timbul terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan yang mencakup tentang penyediaan air bersih, jamban keluarga dan saluran pembuangan air limbah. Dengan kurangnya penyediaan air bersih, jamban keluarga dan saluran pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menimbulkan berbagai penyakit salah satu diantaranya adalah kejadian diare. (Ibrahim DP, 2007)

Peranan sanitasi terhadap faktor lingkungan yang berpengaruh negatif terhadap kesehatan perlu mendapat perhatian yang lebih cermat, seperti pengadaan dan pemanfaatan sarana bersih dan jamban keluarga. Bertitik tolak dari hal tersebut maka peranan komunikasi, informasi dan edukasi menjadi sangat penting dan menentukan. Hal ini tidak hanya menjadi tugas para petugas kesehatan, melainkan tugas kita bersama baik pemerintah secara lintas sektor maupun masyarakat

Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Prop TK. 1 Sul-sel, kejadian diare pada tahun 2007 mencapai 175.243 penderita, sedangkan pada tahun 2008 menurun menjadi 171.747 penderita, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 179.606 penderita. (Profil Dinkes TK 1 Sul-sel)

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Takalar kejadian diare pada tahun 2007 9.300 penderita sedangkan pada tahun 2008 menurun menjadi 8.852 penderita dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 9.422 penderita. (Profil Dinkes Takalar) .

Pada Puskesmas Mappakasunggu kejadian diare pada tahun 2007 mencapai 532 penderita sedangkan pada tahun 2008 menurun menjadi 508 penderita dan pada tahun 2009 meningkat mencapai 575 penderita. Dan yang menjadi lokasi penelitian adalah di Kelurahan Takalar dengan angka kejadian diare sebanyak 102 penderita. Dengan meningkatnya kejadiaan penyakit diare dapat dihubungkan dengan masalah program kesehatan lingkungan yang mencakup penyediaan air bersih, jamban keluarga dan saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. (Profil Puskesmas Mappakasunggu)

Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Mappakasunggu Kabupaten Takalar terdapat 6 kelurahan dimana jumlah penduduknya sebanyak 4.514 jiwa sedangkan jumlah persentase cakupan kepemilikan sarana air bersih tahun 2007 mencapai 86,16 %, pada tahun 2008 Menurun menjadi 84,22 % dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 86,38 %. Cakupan kepemilikan jamban keluarga pada tahun 2007 mencapai 75,12 % sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 77,45 % dan pada tahun 2009 menurun menjadi 76,14 %. Sedangkan Cakupan kepemilikan saluran pembuangan air limbah pada tahun 2007 mencapai 68,15 % sedangkan pada tahun 2008 menurun manjadi 67,10% sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 69,82%.(Profil Puskesmas Mappakasunggu)

Berdasarkan data di atas, mengenai cakupan kepemilikan sarana air bersih, jamban keluarga dan saluran pembuangan air limbah dapat di lihat cakupan kepemilikannya ada yang meningkat dan ada yang menurun.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang “ Studi Kondisi Sanitasi Lingkungan Dan Kejadian Diare Di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar ”

Rumusan Masalah
Sesuai dengan permasalahan diatas yang menjadi rumusan Masalah yaitu: bagaimana gambaran kondisi sanitasi lingkungan dan kejadian diare di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar?

Tujuan Penelitian
1.     Tujuan umum.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah diketahuinya kondisi sanitasi lingkungan dan kejadian diare di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar.
2.     Tujuan khusus.
a.     Diketahuinya gambaran kondisi sarana penyediaan air bersih dan kejadian diare.
b.     Diketahuinya gambaran kondisi jamban keluarga dan kejadian diare
c.     Diketahuinya gambaran kondisi saluran pembuangan air limbah dan kejadian diare.

Manfaat Penelitian
Memberikan masukan/informasi baru bagi masyarakat tentang bagaimana upaya yang lebih baik dalam mencegah kejadian diare baik untuk diri sendiri maupun keluarga dan memberi masukan bagi pemerintah dalam melakukan program penanggulangan kejadiaan diare.

DEFENISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF
Sanitasi lingkungan adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan suatu penyakit pada masyarakat, yang meliputi penyediaan air bersih, jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah.
1.     Penyediaan Air Bersih adalah air yang dipergunakan untuk kepentingan sehari-hari oleh masyarakat.
Kriteria Objektif :
a.     Memenuhi syarat : apabila dilihat dari segi kontruksi dinding sumur, lantai kedap air, bersih, terpelihara, saluran pembuangan air limbah dan jarak dari sumber pencemaran minimal 11 meter.
b.     Tidak memenuhi syarat : apabila tidak sesuai dengan persyaratan diatas.
2.     Jamban Keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia bagi suatu keluarga yang lazim disebut WC.
Kriteria Objektif :        
a.     Memenuhi Syarat : Bila jarak penampungan tinja minimal 11 meter dari sumber air bersih dan tertutup
b.     Tidak memenuhi syarat : Apabila tidak sesuai dengan persyaratan diatas.
3.     Saluran Pembuangan Air Limbah adalah cara masyarakat membuang air limbah yang tidak dipergunakan lagi.
Kriteria Objektif :
a.     Memenuhi Syarat : Apabila dialirkan melalui saluran pembuangan, tidak tercemar, tidak menimbulkan bau.
b.     Tidak memenuhi syarat : Apabila tidak sesuai dengan persyaratan diatas.
4.     Kejadiaan Diare adalah Penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya dalam sehari disertai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja menjadi encer.
Kriteria Objektif :
a.     Menderita : Apabila buang air besar lebih dari 3 kali, bentuk dan konsistensinya lembek atau encer .
b.     Tidak menderita : apabila frekuensi buang air besar seperti biasanya dan konsistensi tinja tidak lembek.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini merupakan kegiatan observasional dengan pendekatan deskriptif untuk memperoleh data faktual di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar .

Lokasi Dan Waktu Penelitian
Yang menjadi lokasi penelitian adalah di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar. Waktu penelitian di bagi atas dua tahap penelitian, tahap pertama meliputi observasi dan pengambilan data awal pada bulan Februari sedangkan tahap kedua adalah pelaksanaan penelitiaan pada bulan April sampai Mei.

Populasi Dan Sampel
1.     Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada pada Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar yang terdiri dari 282 KK.
2.     Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sarana sanitasi yang ada di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar. Dalam perhitungan sebagai berikut :
n =
N
1 + N (d )2
Keterangan :
N = Besarnya populasi dalam penelitian.
n = Besarnya Sampel dalam penelitian.
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan (0,05)

n =
282
1 + 282 x (0,05)2

n =
282
1 + 0,705

n =
282
1,705
n = 165,39589
n = 165 KK

Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sistematika random sampling melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan kuesioner.

Teknik Pengumpulan Data
1.     Data primer diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara kepada kepala rumah tangga yang dipilih sebagai responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
2.     Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan seperti, Puskesmas Mappakasunggu (seksi P2M), Dinas Kesehatan Takalar serta literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1.     Pengolahan data
Data yang diperoleh kemudian diolah secara manual dengan bantuan kalkulator.
2.     Analisa data
Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang Kondisi Sanitasi Lingkungan dan Kejadian Diare di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar pada Bulan April Sampai Mei tahun 2010, maka hasil penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.     Data Umum Responden :
a.     Data responden berdasarkan umur :
Tabel 1
Distribusi Responden Menurut Golongan Umur di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Umur (Tahun)
n
%
10 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
>60
2
26
54
48
30
5
1,21
15,75
32,72
29,09
18,18
3,05
Total
165
100
 Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa golongan umur 10–20 tahun sebanyak 2 responden (1,21 %), 20–30 tahun sebanyak 26 responden (15,75 %), 31– 40 tahun sebanyak 54 responden (32,72 %), 41 – 50 tahun sebanyak 48 responden (29,09 %), 51-60 tahun sebanyak 30 responden (18,18 %), >60 tahun sebanyak 5 responden (3,05 %).
b.     Data responden berdasarkan tingkat pendidikan:
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Tingkat Pendidikan
 n
%
Tidak Sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Perguruan Tinggi
20
42
34
39
30
12,12
25,45
20,60
23,63
18,02
Total
165
100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 6.2 diatas menunjukkan bahwa responden yang tidak tamat SD sebanyak 20 responden (12,12 %), tamat SD sebanyak 42 Responden (25,45 %), tamat SMP sebanyak 34 responden (20,60 %), tamat SMA sebanyak 39 responden (23,63 %), perguruan tinggi sebanyak 30 responden (18,02 %)
c.     Data responden berdasarkan jenis pekerjaan :
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Jenis pekerjaan
n
%
PNS
Pegawai Swasta
Honorer
Buruh Harian
TNI / Polri
Sopir
Petani
Pedagang
35
12
18
20
6
22
36
16
21,21
7,27
10,91
12,12
3,63
13,33
21,81
9,72
Total
165
100
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 6.3 diatas menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden sebagai PNS sebanyak 35 responden (21,21 %), pegawai swasta sebanyak 12 responden (7,27 %), honorer sebanyak 18 responden (10,91 %), buruh harian sebanyak 20 responden (12,12 %), TNI / Polri sebanyak 6 responden (3,63 %), sopir sebanyak 22 responden (13,33 %), petani sebanyak 36 responden (21,81 %), pedagang sebanyak 16 responden (9,72 %).
2.     Data Sarana Penyediaan Air Bersih
a.     Jenis Sarana Penyediaan Air Bersih
Tabel 4
Jenis Sarana Penyediaan Air Bersih yang Digunakan Penduduk di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Jenis sarana
n
%
PDAM
SPT
SGL
84
8
73
50,91
4,85
44,24
Total
165
100
 Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 84 responden (50,91 %) yang menggunakan PDAM, sebanyak 8 responden (4,85 %) yang menggunakan SPT, sebanyak 73 responden (44,24 %) yang menggunakan sumur gali.
b.     Kondisi Sarana Penyediaan Air Bersih
Tabel 5
Kondisi Sarana Air Bersih Berdasarkan Jenis Sarana Yang Digunakan Penduduk di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kondisi sarana Air Bersih
n
%
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
94
71
56,97
43,03
Total
165
100
 Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan bahwa kondisi sarana air bersih yang memenuhi syarat sebanyak 94 responden (56,97 %) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 71 responden (43,03 %).
c.     Perilaku Responden Dalam Mengkonsumsi Air Bersih
Tabel 6
Perilaku Responden Dalam Mengkonsumsi Air Bersih di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Perilaku
n
%
Dimasak
Tidak dimasak
123
42
74,54
25,45
Total
165
100
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan bahwa perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi air bersih yakni dimasak sebanyak 123 responden (74,54 %), tidak dimasak sebanyak 42 responden (25,45 %).



3.     Data Jamban Keluarga
a.     Dari seluruh responden yang menjadi sampel penelitian semua memiliki jamban keluarga.
b.     Jenis Jamban Keluarga
Tabel 7
Jenis Jamban Keluarga Yang Digunakan Penduduk di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Jenis Jamban
n
%
Leher Angsa
Cemplung
109
56
66,06
33,94
Total
165
100
 Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 7 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 109 responden (66,06 %) yang menggunakan jamban jenis leher angsa, 56 responden (33,94 %) yang menggunakan jamban jenis cemplung.
c.     Kondisi Jamban Keluarga
Tabel 8
Kondisi Jamban Keluarga Yang Digunakan Penduduk di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kondisi Jamban Keluarga
n
%
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
 74
 91
44,84
55,16
Total
165
100
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 8 diatas menunjukkan bahwa kondisi jamban keluarga yang memenuhi syarat sebanyak 74 responden (44,84 %), dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 91 responden (55,16 %).
d.     Kebiasaan Responden Buang Air Besar
Tabel 9
Kebiasaan Responden Membuang Air Besar di Kelurahan Takalar Kecamata Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kebiasaan Buang Air Besar
n
%
Kakus / Jamban Keluarga
Sungai
Belakang Rumah
Sawah / kebun
154
5
4
2
93,33
3,03
2,42
1,22
Total
165
100
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 9 diatas menunjukkan kebiasaan buang air besar di kakus / jamban keluarga sebanyak 154 responden (93,33 %), sungai sebanyak 5 responden (3,03 %), belakang rumah sebanyak 4 responden (2,42 %), sawah / kebun sebanyak 2 responden (1,22 %).
4.     Data saluran pembuangan air limbah.
a.     Jenis Saluran Pembuangan Air Limbah
Tabel 10
Jenis Saluran Pembuangan Air Limbah Yang Digunakan Penduduk di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Jenis SPAL
n
%
Dialirkan melalui saluran pembuangan
Membuang begitu saja
143
22
86,67
13,33
Total
165
100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 10 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 143 responden (86,67 %) yang menggunakan Saluran Pembuangan yang dialirkarkan melalui saluran kedap air dan yang membuang begitu saja sebanyak 22 responden (13,33 %).
b.     Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah.
Tabel 11
Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah Yang Digunakan Penduduk di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kondisi SPAL
n
%
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
86
79
52,12
47,88
Total
165
100
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 11 diatas menunjukkan bahwa kondisi saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat sebanyak 86 responden (52,12 %) dan tidak memenuhi syarat sebanyak 79 responden (47,88 %).
c.     Kebiasaan Responden Jika Melihat SPAL Tersumbat.
Tabel 12
Kebiasaan Responden Jika Melihat SPAL Tersumbat di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kebiasaan Responden
n
%
Memperbaikinya
Membiarkan Begitu Saja
61
104
36,97
63,03
Total
165
100
 Sumber : Data primer
               
Berdasarkan tabel 12 diatas menunjukkan bahwa kebiasaan responden jika melihat SPAL tersumbat yaitu memperbaikinya sebanyak 61 responden (36,97 %) dan yang membiarkan begitu saja sebanyak 104 responden (63,03 %).



5.     Kondisi Sarana Air Bersih dan Kejadian Diare.
Tabel 13
Kondisi Sarana Air Bersih Dan Kejadian Diare di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kondisi Sarana Air Bersih
Diare
Tidak Diare
n
%
n
%
n
%
Tidak Memenuhi Syarat
54
76,05
27
38,02
71
100
Memenuhi Syarat
22
23,40
72
76,59
94
100
Jumlah
76
46,06
89
53,94
165
100
Sumber : Data primer

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 165 responden yang memiliki kondisi sarana air bersih yaitu 54 responden (76,05 %) menderita diare dengan kondisi sarana yang tidak memenuhi syarat dan 27 responden (38,02 %) tidak menderita diare dengan kondisi sarana yang tidak memenuhi syarat. Serta 22 responden (23,40 %) yang menderita diare dengan kondisi sarana yang memenuhi syarat dan 72 responden (76,59 %) tidak menderita diare dengan kondisi yang memenuhi syarat.
6.     Kondisi Jamban Keluarga dan Kejadian Diare.
Tabel 14
Kondisi Jamban Keluarga Dan Kejadian Diare Di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kondisi Jamban Keluarga
Diare
Tidak Diare
n
%
n
%
n
%
Tidak Memenuhi Syarat
52
57,14
39
42,85
91
100
Memenuhi Syarat
24
14,54
50
67,56
74
100
Jumlah
76
46,06
89
53,94
165
100
Sumber : Data primer

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 165 responden yang memiliki kondisi jamban keluarga.yaitu 52 responden (57,14 %) menderita diare dengan kondisi sarana yang tidak memenuhi syarat dan 39 responden (42,85 %) tidak menderita diare dengan kondisi sarana yang tidak memenuhi syarat. Serta 24 responden (14,54 %) yang menderita diare dengan kondisi sarana yang memenuhi syarat dan 50 responden (67,56 %) tidak menderita diare dengan kondisi yang memenuhi syarat.
7.     Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah dan Kejadian Diare
Tabel 15
Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah Dan Kejadian Diare di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kondisi Saluran Pembungan Air Limbah
Diare
Tidak Diare
n
%
n
%
n
%
Tidak Memenuhi Syarat
54
68,35
25
31,64
79
100
Memenuhi Syarat
22
25,58
64
74,41
86
100
Jumlah
76
46,06
89
53,94
165
100
Sumber : Data primer

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 165 responden yang memiliki kondisi sarana pembuangan air limbah yaitu 54 responden (68,35 %) menderita diare dengan kondisi sarana yang tidak memenuhi syarat dan 25 responden (31,64 %) tidak menderita diare dengan kondisi sarana yang tidak memenuhi syarat. Serta 22 responden (25,58 %) yang menderita diare dengan kondisi sarana yang memenuhi syarat dan 64 responden (74,41 %) tidak menderita diare dengan kondisi yang memenuhi syarat.

Pembahasan
1.     Penyediaan Air Bersih
Air merupakan bagian dari lingkungan fisik yang sangat penting tidak hanya dalam proses hidup, tetapi juga proses lainnya seperti untuk industri, pertanian, pemadam kebakaran dan lain sebagainya. Oleh karena itu dikatakan sebagai benda mutlak yang harus ada dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia mengandung 60-70 % air dari seluruh berat badan. Adapun suatu saat tubuh manusia kehilangan 20 % air dalam tubuh maka biasa mengakibatkan kematian.

Peraturan menteri kesehatan No. 416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 mengenai syarat dan pengawasan kualitas air, menyebutkan bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bahwa kondisi sarana penyediaan air bersih yang memenuhi syarat sebanyak 94 responden (56,97 %). Dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 71 responden (43,03 %).

Dari 165 responden yang memiliki kondisi sarana air bersih yaitu 54 responden (76,05 %) menderita diare dengan kondisi sarana yang tidak memenuhi syarat dan 27 responden (38,02 %) tidak menderita diare dengan kondisi sarana yang tidak memenuhi syarat. Serta 22 responden (23,40 %) yang menderita diare dengan kondisi sarana yang memenuhi syarat dan 72 responden (76,59 %) tidak menderita diare dengan kondisi yang memenuhi syarat. Hal ini bila dikaitkan dengan kondisi sarana penyediaan air bersih dengan kejadian penyakit diare sangat erat.

Masalah sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat kelurahan takalar khususnya yang menjadi responden yaitu kondisi sarana air bersih dari sumur gali yang tidak memenuhi syarat karena lantainya tidak kedap air dan jarak dari sumber pencemaran sangat dekat kurang dari 11 meter hal ini dapat menyebabkan kejadian diare.

Air sangat penting didalam mendukung kehidupan manusia, air juga mempunyai potensi yang sangat besar jika air tersebut tercemar, dalam menularkan berbagai penyakit. Air bersih merupakan aspek utama dalam kesehatan lingkungan yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari mengingat bahwa air adalah salah satu media penularan penyakit dan jika air bersih yang digunakan sebagai sumber air minum tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan olehnya itu dapat menjadi penunjang timbulnya penyakit bagi kelangsungan hidup manusia dan adanya factor lain yang berpengaruh seperti factor musim dan perilaku/kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsi air tanpa memasak terlebih dahulu, perilaku masyarakat yang tidak higienes sehingga dapat menyebabkan kejadian diare. Oleh karena itu masyarakat perlu mengetahui betapa pentingnya mengkonsumsi air yang memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan air seperti diare.
2.     Jamban Keluarga.
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus atau WC. Dari batasan tersebut jelaslah bahwa jamban keluarga difungsikan untuk membuang tinja bagi keluarga sehingga kotoran tersebut tersimpan disuatu tempat.

Tinja tidak hanya menimbulkan bau yang tidak enak akan tetapi akan menimbulkan penyakit terhadap individu baru, karena tinja tersebut mengandung mikroorganisme yang merupakan agent penyakit. Dengan adanya pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan atau disembarang tempat maka akan menyebabkan pencemaran terhadap tanah.

Pengelolaan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan memberikan dampak negatife yaitu sebagai sarang vector, sebagai sumber pencemaran lingkungan yang dapat mencemari sumber air bersih, keadaan lingkungan kurang baik. Perjalanan agent penyakit dapat melalui berbagai cara yakni melalui jari tangan manusia, melalui makanan, minuman serta dapat melalui rantai lainnya yang memungkinkan tinja mengandung agent penyakit masuk melalui saluran pencernaan.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bahwa masyarakat yang menggunakan jamban keluarga jenis leher angsa sebanyak 109 responden (66,06 %) dan yang menggunakan jamban jenis cemplung sebanyak 56 responden ( 33,94 %).

Berdasarkan data dari hasil observasi dari kondisi jamban keluarga didapatkan jamban yang memenuhi syarat sebanyak 74 responden (44,84 %) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 91 responden (55,16 %).

Dari 165 KK terdapat 52 responden (57,14 %) menderita diare dengan kondisi tidak memenuhi syarat dan 39 responden (42,85 %) tidak menderita diare dengan kondisi tidak memenuhi syarat. Dan 24 responden (14,54 %) menderita diare dengan kondisi memenuhi syarat dan 50 responden (67,56 %) tidak menderita diare dengan kondisi memenuhi syarat.

Dengan adanya pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menyebabkan pencemaran terhadap tanah, pembuangan tinja yang tidak saniter sangatlah dapat menimbulkan kerugian pada manusia itu sendiri yakni baik dari segi estetika maupun dari segi kesehatan, oleh karena perlu adanya penanganan tinja yang memenuhi syarat kesehatan sehingga terhindar dari penularan penyakit dari tinja tersebut.

Adanya kebiasaan responden yang membuang kotoran bukan pada jamban/kakus akan memberi peluang transmisi penularan yang melalui perantara air dimana dalam hal ini akan mempengaruhi kondisi lingkungan sehingga angka kejadian penyakit diare meningkat.

Hal ini dapat dilihat jamban yang tidak memenuhi syarat dilihat dari segi kebersihan, estetika dimana kondisi jamban tipe laher angsa yang berbau, lantai licin dan jarak dengan sumber air sangat dekat sedangkan tipe cemplung yaitu tidak memiliki penutup, kotor dan berbau sehingga menjadi media transmisi penularan penyakit khususnya diare. Adapun responden yang memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat, namun pernah menderita diare dikarenakan factor lingkungan seperti jamban keluarga tetangga yang tidak memenuhi syarat. sehingga peluang penularan penyakit melalui vector bisa terjadi dan beresiko.
3.     Saluran Pembuangan Air Limbah.
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran air permukaan atau air tanah yang mungkin digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, air minum, membersihkan peralatan dapur dan lain-lain.

Pengolahan air limbah yang kurang baik dapat menimbulkan akibat buruk terhadap kesehatan masyarakat dan terhadap lingkungan hidup antara lain menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama cholera, typus abdominalis, dysentri baciler, menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, menjadi tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk. menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap, merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainnya.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kondisi saluran pembuangan air limbah yang dialirkan ke saluran pembuangan sebanyak 143 responden (86,67 %) dan yang membuang begitu saja sebanyak sebanyak 22 responden (13,33 %). Sedangkan yang memenuhi syarat sebanyak 86 responden (52,12 %) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 79 responden (47,88 %).

Dari 165 responden terdapat 54 responden (68,35 %) menderita diare dengan kondisi yang tidak memenuhi syarat dan 25 responden (31,64 %) tidak menderita diare dengan kondisi yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan 22 responden (25,58 %) menderita diare dengan kondisi memenuhi syarat dan 64 responden (74,41 %) tidak menderita diare dengan kondisi memenuhi syarat.

Adanya saluran pembuangan air limbah yang tidak tertutup,sehingga menimbulkan bau dan menjadi sarang berkembang biaknya vector penyebar penyakit. Adapula masyarakat yang langsung membuang air limbah hasil dari rumah tangganya tanpa melalui saluran pembuangan yang memenuhi syarat kesehatan sehingga air limbah tersebut mencemari tanah dan dapat menjadi media penularan penyakit.

Dengan melihat kondisi saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat masih tinggi hal ini disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat tentang cara-cara pembuangan air limbah yang memenuhi syarat dan dampak yang ditimbulkan antara lain sebagai tempat penularan bibit penyakit, dari aspek estetika dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang kurang menyenangkan baik bagi keluarga maupun masyarakat sekitarnya dan dapat menyebabkan kejadian penyakit yang berbasis lingkungan seperti penyakit diare.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.     Masalah sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat kelurahan takalar khususnya yang menjadi responden yaitu kondisi sarana air bersih dari sumur gali yang tidak memenuhi syarat karena lantainya tidak kedap air dan jarak dari sumber pencemaran sangat dekat kurang dari 11 meter.
2.     Adanya kebiasaan responden yang membuang kotoran bukan pada jamban / kakus akan memberi peluang transmisi penularan yang melalui perantara air dimana dalam hal ini akan mempengaruhi kondisi lingkungan sehingga dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
3.     Kondisi saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat masih tinggi hal ini disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat tentang cara-cara pembuangan air limbah yang memenuhi syarat dan dampak yang ditimbulkan antara lain sebagai tempat penularan bibit penyakit, dari aspek estetika dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat menyebabkan kejadian penyakit yang berbasis lingkungan seperti penyakit diare.

Saran.
Dari kesimpulan diatas, maka untuk mencegah kejadian diare di Kelurahan Takalar, maka saran yang diberikan adalah :
1.     Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan perlu ditingkatkan secara kontinyu khususnya pengadaan sarana kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat dengan jalan kerjasama dengan pihak pemerintah setempat.
2.     Perlu adanya kerjasama antara instansi yang terkait guna meningkatkan upaya kesehatan lingkungan.
3.     Perlu adanya motivasi dari petugas kesehatan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan upaya kesehatan lingkungan secara menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA
Chandra Budiman, 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Entjang, Indan, 2000.Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT Cipta Aditya Bakti. Bandung
Ibrahim, DP, 2007. Kesehatan Lingkungan (‘ Enviromental Health ‘), AKL. Depkes Makassar.
Hamsinah, 2008. Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare di Desa Bontolangkasa Utara Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa , skripsi tidak diterbitkan, Makassar, AKL Depkes.
Kepmenkes RI, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI, Nomor 1216/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Penyakit Diare Depkes RI. Direktorat Jenderal PPH dan PL
Kusnoputranto, Haryoto dkk, 2002 Kesehatan Lingkungan, Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Lingkungan, Depok
Marwah, 2005. Hubungan Penyakit Diare dengan Sanitasi Lingkungan Pada Masyarakat di Wilayah Pantai Lailos Kecamatan Galang Kabupaten Toli-toli, Skripsi tidak diterbitkan, Makassar, Universitas Hasanuddin, Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas.
Nova, 2008. Hubungan Kondisi Sarana Air Bersih dan Jamban Keluarga dengan Kejadian Diare di Kelurahan Pattalassang Kecamatan Pattalassang Kabupaten Takalar, SSkripsi tidak diterbitkan, Makassar, AKL Depkes.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta. Jakarta
Profil Kesehatan, 2007,2008,2009. Dinas Kesehatan Takalar
Profil Kesehatan. 2007,2008,2009. Puskesmas Mappakasunggu
Ronny, Muntu 2003. Dasar – Dasar Kesehatan Lingkungan, Depkes RI Politeknik Kesehatan Jurusan Kesehatan Lingkungan, Makassar
Ronny, Muntu, 2003 Air dan Kesehatan, Depkes RI Politeknik Kesehatan Lingkungan, Makassar
Rahmawati, 2006 Studi Sarana Air Bersih Hubungannya dengan Kejadian Diare di Kelurahan Lonrea, Kecamatan Tanete Riantan Timur Kabupaten Bone, Skripsi tidak diterbitkan, Makassar. AKL Muhammadiyah..
Ricky M. Mulia, 2005 Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.
Sudarti, 2003. Hubungan Perilaku Masyarakat dengan Kondisi Kesehatan Lingkungan di Desa Romangloe Kecamatan Bontorannu Kabupaten Gowa, Skripsi tidak diterbitkan, Makassar. AKL Muhammadiyah.
Thamrin, Husni dkk, 2009. Panduan Kerja Penyelesaian Studi, Badan Pengelola Riset, Seminar dan Pelatihan Universitas Veteran Republik Indonesia, Makassar.
Udin Djabu, dkk. 1990 Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja dan Air Limbah Pada Institusi Pendidikan Sanitasi/Kesehatan Lingkungan, Jakarta, Depkes RI.

1 komentar:

  1. ber PHBS, yakni berprilaku bersih dan sehat dengan mengutamanan selalu membiasakan hidup bersih badan atau tempat tinggal selalu bersih

    BalasHapus