SANITASI
LINGKUNGAN DAN KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN TAKALAR KECAMATAN MAPPAKASUNGGU
KABUPATEN TAKALAR
Hidayat*,
Adam Badwi*, Ermawati*
*
Dosen Poltekes Jurusan Kesling Makassar
** Koordinator Program Yayasan Mitra Husada
*** Dines
Kesehatan Kabupaten Takalar
Undang-undang RI Nomor 23 tahun
1992, tentang kesehatan menyatakan bahwa “pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan yang optimal”. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan,
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi lingkungan dan kejadian
diare di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif. Kondisi sarana
penyediaan air bersih dari 165 responden terdapat 54 responden (76,05 %)
menderita diare dengan kondisi tidak memenuhi syarat dan 22 responden (23,40 %)
menderita diare dengan kondisi memenuhi syarat. hal ini bila dikaitkan dengan
kondisi sarana penyediaan air bersih dengan kejadian penyakit diare sangat
erat. Kondisi sarana jamban keluarga terdapat 52 responden (57,14 %) menderita
diare dengan kondisi tidak memenuhi syarat dan 24 responden (14,54 %) menderita
diare dengan kondisi memenuhi syarat. Kebiasaan responden yang membuang kotoran
bukan pada jamban / kakus akan mempengaruhi kondisi lingkungan sehingga angka
kejadian penyakit diare meningkat. Kondisi saluran pembuangan air limbah 54
responden (68,35 %) menderita diare dengan kondisi tidak memenuhi syarat dan 22
responden (25,58 %) menderita diare dengan kondisi memenuhi syarat. Dengan
melihat ketidaktahuan masyarakat tentang cara-cara pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat dan dampak yang ditimbulkan antara lain sebagai tempat
penularan bibit penyakit. Dengan melihat hasil dari persentase
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sarana air bersih, jamban
keluarga dan saluran pembuangan air limbah dapat mempengaruhi kejadian diare di
Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar. Oleh karena itu
perlu adanya kerjasama antara instansi yang terkait guna meningkatkan upaya
kesehatan lingkungan.
Kata Kunci : Sanitasi
Lingkungan dan Diare
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-undang RI Nomor 23 tahun 1992,
tentang kesehatan menyatakan bahwa “pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan yang optimal”. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan,
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. (Ibrahim DP, 2007)
Penyelenggaraan upaya kesehatan dapat
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, kesehatan lingkungan diselenggarakan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat karena banyak masalah-masalah
kesehatan yang timbul oleh keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik atau
tidak memenuhi syarat akibatnya tidak sedikit penyakit yang ditimbulkan dan
menambah masalah kesengsaraan hidup manusia bahkan mengakibatkan kematian.
Dengan belum memadainya tingkat kesehatan lingkungan akan menyebabkan timbulnya
penyakit-penyakit menular. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kondisi
sanitasi lingkungan yang kurang baik yaitu kejadian diare. Kejadian diare
sampai saat ini masih merupakan salah satu permasalahan kesehatan bagi
masyarakat di indonesia baik dipedesaan maupun di perkotaan disamping bersifat
endemis diare yang muncul sebagai kejadian luar biasa (KLB) yang sering diikuti
korban yang tidak sedikit dan permasalahn tentang diare didalam masyarakat
masih merupakan masalah yang relatif besar. (Hamsinah, 2008)
Sesuai dengan tujuan pembangunan
nasional dalam pemberantasan penyakit peningkatan keadaan gizi rakyat,
pengadaan air minum, peningkatan kebersihan dan kesehatan dimasyarakat harus
sedini mungkin dilakukan program memasyarakatkan perilaku hidup sehat. Secara umum
dapat dikatakan bahwa dengan pembangunan kesehatan diharapkan dapat tercapai
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk sehingga derajat kesehatan
masyarakat secara umum dapat dioptimalkan.(Marwah, 2005)
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi
oleh empat faktor hasil interaksi yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Diantara keempat faktor tersebut yang memiliki peranan
terpenting mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah lingkungan. Masalah
kesehatan yang timbul terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang memenuhi
syarat kesehatan yang mencakup tentang penyediaan air bersih, jamban keluarga
dan saluran pembuangan air limbah. Dengan kurangnya penyediaan air bersih,
jamban keluarga dan saluran pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dapat menimbulkan berbagai penyakit salah satu diantaranya adalah
kejadian diare. (Ibrahim DP, 2007)
Peranan sanitasi terhadap faktor
lingkungan yang berpengaruh negatif terhadap kesehatan perlu mendapat perhatian
yang lebih cermat, seperti pengadaan dan pemanfaatan sarana bersih dan jamban
keluarga. Bertitik tolak dari hal tersebut maka peranan komunikasi, informasi
dan edukasi menjadi sangat penting dan menentukan. Hal ini tidak hanya menjadi
tugas para petugas kesehatan, melainkan tugas kita bersama baik pemerintah
secara lintas sektor maupun masyarakat
Berdasarkan data
yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Prop TK. 1 Sul-sel, kejadian diare pada
tahun 2007 mencapai 175.243 penderita, sedangkan pada tahun 2008 menurun
menjadi 171.747 penderita, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 179.606
penderita. (Profil Dinkes TK 1 Sul-sel)
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Takalar kejadian diare pada tahun 2007 9.300 penderita sedangkan pada tahun
2008 menurun menjadi 8.852 penderita dan pada tahun 2009 meningkat menjadi
9.422 penderita. (Profil Dinkes Takalar) .
Pada Puskesmas Mappakasunggu kejadian
diare pada tahun 2007 mencapai 532 penderita sedangkan pada tahun 2008 menurun
menjadi 508 penderita dan pada tahun 2009 meningkat mencapai 575 penderita. Dan
yang menjadi lokasi penelitian adalah di Kelurahan Takalar dengan angka
kejadian diare sebanyak 102 penderita. Dengan meningkatnya kejadiaan penyakit
diare dapat dihubungkan dengan masalah program kesehatan lingkungan yang
mencakup penyediaan air bersih, jamban keluarga dan saluran pembuangan air
limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. (Profil Puskesmas Mappakasunggu)
Berdasarkan data yang didapatkan dari
Puskesmas Mappakasunggu Kabupaten Takalar terdapat 6 kelurahan dimana jumlah
penduduknya sebanyak 4.514 jiwa sedangkan jumlah persentase cakupan kepemilikan
sarana air bersih tahun 2007 mencapai 86,16 %, pada tahun 2008 Menurun menjadi
84,22 % dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 86,38 %. Cakupan kepemilikan
jamban keluarga pada tahun 2007 mencapai 75,12 % sedangkan pada tahun 2008
meningkat menjadi 77,45 % dan pada tahun 2009 menurun menjadi 76,14 %.
Sedangkan Cakupan kepemilikan saluran pembuangan air limbah pada tahun 2007
mencapai 68,15 % sedangkan pada tahun 2008 menurun manjadi 67,10% sedangkan
pada tahun 2009 meningkat menjadi 69,82%.(Profil Puskesmas Mappakasunggu)
Berdasarkan data di atas, mengenai
cakupan kepemilikan sarana air bersih, jamban keluarga dan saluran pembuangan
air limbah dapat di lihat cakupan kepemilikannya ada yang meningkat dan ada
yang menurun.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk
meneliti tentang “ Studi Kondisi Sanitasi
Lingkungan Dan Kejadian Diare Di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu
Kabupaten Takalar ”
Rumusan
Masalah
Sesuai dengan permasalahan diatas yang
menjadi rumusan Masalah yaitu: bagaimana gambaran kondisi sanitasi lingkungan
dan kejadian diare di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten
Takalar?
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
umum.
Secara
umum tujuan penelitian ini adalah diketahuinya kondisi sanitasi lingkungan dan
kejadian diare di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar.
2. Tujuan
khusus.
a. Diketahuinya
gambaran kondisi sarana penyediaan air bersih dan kejadian diare.
b. Diketahuinya
gambaran kondisi jamban keluarga dan kejadian diare
c. Diketahuinya
gambaran kondisi saluran pembuangan air limbah dan kejadian diare.
Manfaat
Penelitian
Memberikan masukan/informasi baru bagi
masyarakat tentang bagaimana upaya yang lebih baik dalam mencegah kejadian
diare baik untuk diri sendiri maupun keluarga dan memberi masukan bagi
pemerintah dalam melakukan program penanggulangan kejadiaan diare.
DEFENISI
OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF
Sanitasi lingkungan adalah usaha
yang dilakukan untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan suatu penyakit pada
masyarakat, yang meliputi penyediaan air bersih, jamban keluarga, saluran
pembuangan air limbah.
1.
Penyediaan Air Bersih adalah air yang dipergunakan untuk kepentingan
sehari-hari oleh masyarakat.
Kriteria Objektif :
a. Memenuhi
syarat : apabila dilihat dari segi kontruksi dinding sumur, lantai kedap air,
bersih, terpelihara, saluran pembuangan air limbah dan jarak dari sumber
pencemaran minimal 11 meter.
b. Tidak
memenuhi syarat : apabila tidak sesuai dengan persyaratan diatas.
2.
Jamban Keluarga
adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia
bagi suatu keluarga yang lazim disebut WC.
Kriteria Objektif :
a. Memenuhi
Syarat : Bila jarak penampungan tinja minimal 11 meter dari sumber air bersih
dan tertutup
b. Tidak
memenuhi syarat : Apabila tidak sesuai dengan persyaratan diatas.
3.
Saluran Pembuangan
Air Limbah adalah cara masyarakat membuang air limbah yang tidak
dipergunakan lagi.
Kriteria
Objektif :
a. Memenuhi
Syarat : Apabila dialirkan melalui saluran pembuangan, tidak tercemar, tidak
menimbulkan bau.
b. Tidak
memenuhi syarat : Apabila tidak sesuai dengan persyaratan diatas.
4.
Kejadiaan Diare adalah Penyakit
yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air
besar lebih dari biasanya dalam sehari disertai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja menjadi encer.
Kriteria Objektif :
a. Menderita
: Apabila buang air besar lebih dari 3 kali, bentuk dan konsistensinya lembek
atau encer .
b. Tidak
menderita : apabila frekuensi buang air besar seperti biasanya dan konsistensi
tinja tidak lembek.
METODE
PENELITIAN
Jenis
Penelitian.
Jenis penelitian
ini merupakan kegiatan observasional dengan pendekatan deskriptif untuk
memperoleh data faktual di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten
Takalar .
Lokasi
Dan Waktu Penelitian
Yang menjadi lokasi penelitian adalah di
Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar. Waktu penelitian
di bagi atas dua tahap penelitian, tahap pertama meliputi observasi dan
pengambilan data awal pada bulan Februari sedangkan tahap kedua adalah
pelaksanaan penelitiaan pada bulan April sampai Mei.
Populasi
Dan Sampel
1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
kepala keluarga yang berada pada Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu
Kabupaten Takalar yang terdiri dari 282 KK.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sarana sanitasi
yang ada di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar. Dalam
perhitungan sebagai berikut :
n =
|
N
|
1 + N (d )2
|
Keterangan :
N
= Besarnya populasi dalam penelitian.
n
= Besarnya Sampel dalam penelitian.
d
= Tingkat kepercayaan/ketepatan (0,05)
n =
|
282
|
1 + 282 x
(0,05)2
|
n =
|
282
|
1 + 0,705
|
n =
|
282
|
1,705
|
n =
165,39589
n =
165 KK
Cara
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah sistematika random sampling melalui wawancara dan observasi dengan
menggunakan kuesioner.
Teknik
Pengumpulan Data
1. Data
primer diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara kepada kepala rumah
tangga yang dipilih sebagai responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
2. Data
sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian yang penulis
lakukan seperti, Puskesmas Mappakasunggu (seksi P2M), Dinas Kesehatan Takalar
serta literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
Teknik
Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan
data
Data
yang diperoleh kemudian diolah secara manual dengan bantuan kalkulator.
2. Analisa
data
Data
yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan tentang Kondisi Sanitasi Lingkungan dan Kejadian Diare di
Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar pada Bulan April
Sampai Mei tahun 2010, maka hasil penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Data
Umum Responden :
a. Data
responden berdasarkan umur :
Tabel
1
Distribusi
Responden Menurut Golongan Umur di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu
Kabupaten Takalar Tahun 2010
Umur (Tahun)
|
n
|
%
|
10 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
>60
|
2
26
54
48
30
5
|
1,21
15,75
32,72
29,09
18,18
3,05
|
Total
|
165
|
100
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan
tabel 1 diatas menunjukkan bahwa golongan umur 10–20 tahun sebanyak 2 responden
(1,21 %), 20–30 tahun sebanyak 26 responden (15,75 %), 31– 40 tahun sebanyak 54
responden (32,72 %), 41 – 50 tahun sebanyak 48 responden (29,09 %), 51-60 tahun
sebanyak 30 responden (18,18 %), >60 tahun sebanyak 5 responden (3,05 %).
b. Data
responden berdasarkan tingkat pendidikan:
Tabel
2
Distribusi
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Takalar Kecamatan
Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Tingkat Pendidikan
|
n
|
%
|
Tidak
Sekolah
Tamat
SD
Tamat
SMP
Tamat
SMA
Perguruan
Tinggi
|
20
42
34
39
30
|
12,12
25,45
20,60
23,63
18,02
|
Total
|
165
|
100
|
Sumber : Data
Primer
Berdasarkan
tabel 6.2 diatas menunjukkan bahwa responden yang tidak tamat SD sebanyak 20
responden (12,12 %), tamat SD sebanyak 42 Responden (25,45 %), tamat SMP
sebanyak 34 responden (20,60 %), tamat SMA sebanyak 39 responden (23,63 %),
perguruan tinggi sebanyak 30 responden (18,02 %)
c. Data
responden berdasarkan jenis pekerjaan :
Tabel
3
Distribusi
Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kelurahan Takalar Kecamatan
Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Jenis pekerjaan
|
n
|
%
|
PNS
Pegawai Swasta
Honorer
Buruh Harian
TNI / Polri
Sopir
Petani
Pedagang
|
35
12
18
20
6
22
36
16
|
21,21
7,27
10,91
12,12
3,63
13,33
21,81
9,72
|
Total
|
165
|
100
|
Sumber : Data
primer
Berdasarkan
tabel 6.3 diatas menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden sebagai PNS
sebanyak 35 responden (21,21 %), pegawai swasta sebanyak 12 responden (7,27 %),
honorer sebanyak 18 responden (10,91 %), buruh harian sebanyak 20 responden
(12,12 %), TNI / Polri sebanyak 6 responden (3,63 %), sopir sebanyak 22
responden (13,33 %), petani sebanyak 36 responden (21,81 %), pedagang sebanyak
16 responden (9,72 %).
2. Data
Sarana Penyediaan Air Bersih
a. Jenis
Sarana Penyediaan Air Bersih
Tabel
4
Jenis
Sarana Penyediaan Air Bersih yang Digunakan Penduduk di Kelurahan Takalar
Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Jenis sarana
|
n
|
%
|
PDAM
SPT
SGL
|
84
8
73
|
50,91
4,85
44,24
|
Total
|
165
|
100
|
Sumber :
Data Primer
Berdasarkan
tabel 4 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 84 responden (50,91 %) yang menggunakan
PDAM, sebanyak 8 responden (4,85 %) yang menggunakan SPT, sebanyak 73 responden
(44,24 %) yang menggunakan sumur gali.
b. Kondisi
Sarana Penyediaan Air Bersih
Tabel
5
Kondisi
Sarana Air Bersih Berdasarkan Jenis Sarana Yang Digunakan Penduduk di Kelurahan
Takalar Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kondisi sarana Air Bersih
|
n
|
%
|
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
|
94
71
|
56,97
43,03
|
Total
|
165
|
100
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan
tabel 5 diatas menunjukkan bahwa kondisi sarana air bersih yang memenuhi syarat
sebanyak 94 responden (56,97 %) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 71
responden (43,03 %).
c. Perilaku
Responden Dalam Mengkonsumsi Air Bersih
Tabel
6
Perilaku
Responden Dalam Mengkonsumsi Air Bersih di Kelurahan Takalar Kecamatan
Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Perilaku
|
n
|
%
|
Dimasak
Tidak dimasak
|
123
42
|
74,54
25,45
|
Total
|
165
|
100
|
Sumber
: Data primer
Berdasarkan
tabel 6 diatas menunjukkan bahwa perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi air
bersih yakni dimasak sebanyak 123 responden (74,54 %), tidak dimasak sebanyak
42 responden (25,45 %).
3. Data
Jamban Keluarga
a. Dari
seluruh responden yang menjadi sampel penelitian semua memiliki jamban
keluarga.
b. Jenis
Jamban Keluarga
Tabel
7
Jenis
Jamban Keluarga Yang Digunakan Penduduk di Kelurahan Takalar Kecamatan
Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Jenis Jamban
|
n
|
%
|
Leher Angsa
Cemplung
|
109
56
|
66,06
33,94
|
Total
|
165
|
100
|
Sumber : Data Primer
Berdasarkan
tabel 7 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 109 responden (66,06 %) yang
menggunakan jamban jenis leher angsa, 56 responden (33,94 %) yang menggunakan
jamban jenis cemplung.
c. Kondisi
Jamban Keluarga
Tabel
8
Kondisi
Jamban Keluarga Yang Digunakan Penduduk di Kelurahan Takalar Kecamatan
Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kondisi Jamban Keluarga
|
n
|
%
|
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
|
74
91
|
44,84
55,16
|
Total
|
165
|
100
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan
tabel 8 diatas menunjukkan bahwa kondisi jamban keluarga yang memenuhi syarat
sebanyak 74 responden (44,84 %), dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 91
responden (55,16 %).
d. Kebiasaan
Responden Buang Air Besar
Tabel
9
Kebiasaan
Responden Membuang Air Besar di Kelurahan Takalar Kecamata Mappakasunggu
Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kebiasaan Buang Air Besar
|
n
|
%
|
Kakus / Jamban Keluarga
Sungai
Belakang Rumah
Sawah / kebun
|
154
5
4
2
|
93,33
3,03
2,42
1,22
|
Total
|
165
|
100
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan
tabel 9 diatas menunjukkan kebiasaan buang air besar di kakus / jamban keluarga
sebanyak 154 responden (93,33 %), sungai sebanyak 5 responden (3,03 %),
belakang rumah sebanyak 4 responden (2,42 %), sawah / kebun sebanyak 2
responden (1,22 %).
4. Data
saluran pembuangan air limbah.
a. Jenis
Saluran Pembuangan Air Limbah
Tabel
10
Jenis
Saluran Pembuangan Air Limbah Yang Digunakan Penduduk di Kelurahan Takalar
Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Jenis SPAL
|
n
|
%
|
Dialirkan
melalui saluran pembuangan
Membuang
begitu saja
|
143
22
|
86,67
13,33
|
Total
|
165
|
100
|
Sumber : Data
Primer
Berdasarkan
tabel 10 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 143 responden (86,67 %) yang
menggunakan Saluran Pembuangan yang dialirkarkan melalui saluran kedap air dan yang
membuang begitu saja sebanyak 22 responden (13,33 %).
b. Kondisi
Saluran Pembuangan Air Limbah.
Tabel
11
Kondisi
Saluran Pembuangan Air Limbah Yang Digunakan Penduduk di Kelurahan Takalar
Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kondisi SPAL
|
n
|
%
|
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
|
86
79
|
52,12
47,88
|
Total
|
165
|
100
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan
tabel 11 diatas menunjukkan bahwa kondisi saluran pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat sebanyak 86 responden (52,12 %) dan tidak memenuhi syarat
sebanyak 79 responden (47,88 %).
c. Kebiasaan
Responden Jika Melihat SPAL Tersumbat.
Tabel
12
Kebiasaan
Responden Jika Melihat SPAL Tersumbat di Kelurahan Takalar Kecamatan
Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kebiasaan Responden
|
n
|
%
|
Memperbaikinya
Membiarkan Begitu Saja
|
61
104
|
36,97
63,03
|
Total
|
165
|
100
|
Sumber :
Data primer
Berdasarkan
tabel 12 diatas menunjukkan bahwa kebiasaan responden jika melihat SPAL
tersumbat yaitu memperbaikinya sebanyak 61 responden (36,97 %) dan yang
membiarkan begitu saja sebanyak 104 responden (63,03 %).
5. Kondisi
Sarana Air Bersih dan Kejadian Diare.
Tabel
13
Kondisi
Sarana Air Bersih Dan Kejadian Diare di Kelurahan Takalar Kecamatan
Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kondisi
Sarana Air Bersih
|
Diare
|
Tidak Diare
|
n
|
%
|
||
n
|
%
|
n
|
%
|
|||
Tidak
Memenuhi Syarat
|
54
|
76,05
|
27
|
38,02
|
71
|
100
|
Memenuhi Syarat
|
22
|
23,40
|
72
|
76,59
|
94
|
100
|
Jumlah
|
76
|
46,06
|
89
|
53,94
|
165
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari
tabel diatas menunjukkan bahwa dari 165 responden yang memiliki kondisi sarana
air bersih yaitu 54 responden (76,05 %) menderita diare dengan kondisi sarana
yang tidak memenuhi syarat dan 27 responden (38,02 %) tidak menderita diare
dengan kondisi sarana yang tidak memenuhi syarat. Serta 22 responden (23,40 %)
yang menderita diare dengan kondisi sarana yang memenuhi syarat dan 72
responden (76,59 %) tidak menderita diare dengan kondisi yang memenuhi syarat.
6. Kondisi
Jamban Keluarga dan Kejadian Diare.
Tabel
14
Kondisi
Jamban Keluarga Dan Kejadian Diare Di Kelurahan Takalar Kecamatan Mappakasunggu
Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kondisi
Jamban Keluarga
|
Diare
|
Tidak Diare
|
n
|
%
|
||
n
|
%
|
n
|
%
|
|||
Tidak
Memenuhi Syarat
|
52
|
57,14
|
39
|
42,85
|
91
|
100
|
Memenuhi
Syarat
|
24
|
14,54
|
50
|
67,56
|
74
|
100
|
Jumlah
|
76
|
46,06
|
89
|
53,94
|
165
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari
tabel diatas menunjukkan bahwa dari 165 responden yang memiliki kondisi jamban keluarga.yaitu
52 responden (57,14 %) menderita diare dengan kondisi sarana yang tidak
memenuhi syarat dan 39 responden (42,85 %) tidak menderita diare dengan kondisi
sarana yang tidak memenuhi syarat. Serta 24 responden (14,54 %) yang menderita
diare dengan kondisi sarana yang memenuhi syarat dan 50 responden (67,56 %)
tidak menderita diare dengan kondisi yang memenuhi syarat.
7. Kondisi
Saluran Pembuangan Air Limbah dan Kejadian Diare
Tabel
15
Kondisi
Saluran Pembuangan Air Limbah Dan Kejadian Diare di Kelurahan Takalar Kecamatan
Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tahun 2010
Kondisi
Saluran Pembungan Air Limbah
|
Diare
|
Tidak Diare
|
n
|
%
|
||
n
|
%
|
n
|
%
|
|||
Tidak
Memenuhi Syarat
|
54
|
68,35
|
25
|
31,64
|
79
|
100
|
Memenuhi
Syarat
|
22
|
25,58
|
64
|
74,41
|
86
|
100
|
Jumlah
|
76
|
46,06
|
89
|
53,94
|
165
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari
tabel diatas menunjukkan bahwa dari 165 responden yang memiliki kondisi sarana
pembuangan air limbah yaitu 54 responden (68,35 %) menderita diare dengan
kondisi sarana yang tidak memenuhi syarat dan 25 responden (31,64 %) tidak
menderita diare dengan kondisi sarana yang tidak memenuhi syarat. Serta 22
responden (25,58 %) yang menderita diare dengan kondisi sarana yang memenuhi
syarat dan 64 responden (74,41 %) tidak menderita diare dengan kondisi yang
memenuhi syarat.
Pembahasan
1. Penyediaan
Air Bersih
Air
merupakan bagian dari lingkungan fisik yang sangat penting tidak hanya dalam
proses hidup, tetapi juga proses lainnya seperti untuk industri, pertanian,
pemadam kebakaran dan lain sebagainya. Oleh karena itu dikatakan sebagai benda
mutlak yang harus ada dalam kehidupan manusia. Tubuh
manusia mengandung 60-70 % air dari seluruh berat badan. Adapun suatu saat
tubuh manusia kehilangan 20 % air dalam tubuh maka biasa mengakibatkan
kematian.
Peraturan
menteri kesehatan No. 416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 mengenai syarat dan pengawasan
kualitas air, menyebutkan bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.
Berdasarkan
hasil observasi yang telah dilakukan bahwa kondisi sarana penyediaan air bersih
yang memenuhi syarat sebanyak 94 responden (56,97 %). Dan yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 71 responden (43,03 %).
Dari
165 responden yang memiliki kondisi sarana air bersih yaitu 54 responden (76,05
%) menderita diare dengan kondisi sarana yang tidak memenuhi syarat dan 27
responden (38,02 %) tidak menderita diare dengan kondisi sarana yang tidak
memenuhi syarat. Serta 22 responden (23,40 %) yang menderita diare dengan
kondisi sarana yang memenuhi syarat dan 72 responden (76,59 %) tidak menderita
diare dengan kondisi yang memenuhi syarat. Hal ini bila dikaitkan dengan
kondisi sarana penyediaan air bersih dengan kejadian penyakit diare sangat
erat.
Masalah
sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat kelurahan takalar khususnya
yang menjadi responden yaitu kondisi sarana air bersih dari sumur gali yang
tidak memenuhi syarat karena lantainya tidak kedap air dan jarak dari sumber
pencemaran sangat dekat kurang dari 11 meter hal ini dapat menyebabkan kejadian
diare.
Air
sangat penting didalam mendukung kehidupan manusia, air juga mempunyai potensi
yang sangat besar jika air tersebut tercemar, dalam menularkan berbagai
penyakit. Air bersih merupakan aspek utama dalam kesehatan lingkungan yang
dibutuhkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari mengingat bahwa air
adalah salah satu media penularan penyakit dan jika air bersih yang digunakan
sebagai sumber air minum tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan olehnya itu
dapat menjadi penunjang timbulnya penyakit bagi kelangsungan hidup manusia dan
adanya factor lain yang berpengaruh seperti factor musim dan perilaku/kebiasaan
masyarakat yang mengkonsumsi air tanpa memasak terlebih dahulu, perilaku
masyarakat yang tidak higienes sehingga dapat menyebabkan kejadian diare. Oleh
karena itu masyarakat perlu mengetahui betapa pentingnya mengkonsumsi air yang
memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat terhindar dari penyakit yang
berhubungan dengan air seperti diare.
2. Jamban
Keluarga.
Jamban
keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau
kotoran manusia yang lazim disebut kakus atau WC. Dari batasan tersebut
jelaslah bahwa jamban keluarga difungsikan untuk membuang tinja bagi keluarga
sehingga kotoran tersebut tersimpan disuatu tempat.
Tinja
tidak hanya menimbulkan bau yang tidak enak akan tetapi akan menimbulkan
penyakit terhadap individu baru, karena tinja tersebut mengandung
mikroorganisme yang merupakan agent penyakit. Dengan adanya pembuangan tinja
yang tidak memenuhi syarat kesehatan atau disembarang tempat maka akan
menyebabkan pencemaran terhadap tanah.
Pengelolaan
tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan memberikan dampak negatife yaitu
sebagai sarang vector, sebagai sumber pencemaran lingkungan yang dapat
mencemari sumber air bersih, keadaan lingkungan kurang baik. Perjalanan agent
penyakit dapat melalui berbagai cara yakni melalui jari tangan manusia, melalui
makanan, minuman serta dapat melalui rantai lainnya yang memungkinkan tinja
mengandung agent penyakit masuk melalui saluran pencernaan.
Berdasarkan
hasil observasi yang telah dilakukan bahwa masyarakat yang menggunakan jamban
keluarga jenis leher angsa sebanyak 109 responden (66,06 %) dan yang
menggunakan jamban jenis cemplung sebanyak 56 responden ( 33,94 %).
Berdasarkan
data dari hasil observasi dari kondisi jamban keluarga didapatkan jamban yang
memenuhi syarat sebanyak 74 responden (44,84 %) dan yang tidak memenuhi syarat
sebanyak 91 responden (55,16 %).
Dari
165 KK terdapat 52 responden (57,14 %) menderita diare dengan kondisi tidak
memenuhi syarat dan 39 responden (42,85 %) tidak menderita diare dengan kondisi
tidak memenuhi syarat. Dan 24 responden (14,54 %) menderita diare dengan
kondisi memenuhi syarat dan 50 responden (67,56 %) tidak menderita diare dengan
kondisi memenuhi syarat.
Dengan
adanya pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menyebabkan
pencemaran terhadap tanah, pembuangan tinja yang tidak saniter sangatlah dapat
menimbulkan kerugian pada manusia itu sendiri yakni baik dari segi estetika maupun
dari segi kesehatan, oleh karena perlu adanya penanganan tinja yang memenuhi
syarat kesehatan sehingga terhindar dari penularan penyakit dari tinja
tersebut.
Adanya
kebiasaan responden yang membuang kotoran bukan pada jamban/kakus akan memberi peluang
transmisi penularan yang melalui perantara air dimana dalam hal ini akan
mempengaruhi kondisi lingkungan sehingga angka kejadian penyakit diare
meningkat.
Hal
ini dapat dilihat jamban yang tidak memenuhi syarat dilihat dari segi
kebersihan, estetika dimana kondisi jamban tipe laher angsa yang berbau, lantai
licin dan jarak dengan sumber air sangat dekat sedangkan tipe cemplung yaitu
tidak memiliki penutup, kotor dan berbau sehingga menjadi media transmisi
penularan penyakit khususnya diare. Adapun responden yang memiliki jamban
keluarga yang memenuhi syarat, namun pernah menderita diare dikarenakan factor
lingkungan seperti jamban keluarga tetangga yang tidak memenuhi syarat.
sehingga peluang penularan penyakit melalui vector bisa terjadi dan beresiko.
3. Saluran
Pembuangan Air Limbah.
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan pencemaran air permukaan atau air tanah yang mungkin digunakan
untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, air minum, membersihkan peralatan
dapur dan lain-lain.
Pengolahan air limbah yang kurang baik dapat menimbulkan
akibat buruk terhadap kesehatan masyarakat dan terhadap lingkungan hidup antara
lain
menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai
penyakit, terutama cholera, typus abdominalis, dysentri baciler, menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, menjadi tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat hidup larva
nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk. menimbulkan
bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap, merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup
lainnya.
Berdasarkan
hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kondisi saluran
pembuangan air limbah yang dialirkan ke saluran pembuangan sebanyak 143
responden (86,67 %) dan yang membuang begitu saja sebanyak sebanyak 22
responden (13,33 %). Sedangkan yang memenuhi syarat sebanyak 86 responden
(52,12 %) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 79 responden (47,88 %).
Dari
165 responden terdapat 54 responden (68,35 %) menderita diare dengan kondisi
yang tidak memenuhi syarat dan 25 responden (31,64 %) tidak menderita diare
dengan kondisi yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan 22 responden (25,58 %)
menderita diare dengan kondisi memenuhi syarat dan 64 responden (74,41 %) tidak
menderita diare dengan kondisi memenuhi syarat.
Adanya
saluran pembuangan air limbah yang tidak tertutup,sehingga menimbulkan bau dan
menjadi sarang berkembang biaknya vector penyebar penyakit. Adapula masyarakat
yang langsung membuang air limbah hasil dari rumah tangganya tanpa melalui
saluran pembuangan yang memenuhi syarat kesehatan sehingga air limbah tersebut
mencemari tanah dan dapat menjadi media penularan penyakit.
Dengan
melihat kondisi saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat masih
tinggi hal ini disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat tentang cara-cara
pembuangan air limbah yang memenuhi syarat dan dampak yang ditimbulkan antara
lain sebagai tempat penularan bibit penyakit, dari aspek estetika dapat
menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang kurang menyenangkan baik
bagi keluarga maupun masyarakat sekitarnya dan dapat menyebabkan kejadian
penyakit yang berbasis lingkungan seperti penyakit diare.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan
diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Masalah
sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat kelurahan takalar khususnya
yang menjadi responden yaitu kondisi sarana air bersih dari sumur gali yang
tidak memenuhi syarat karena lantainya tidak kedap air dan jarak dari sumber
pencemaran sangat dekat kurang dari 11 meter.
2. Adanya
kebiasaan responden yang membuang kotoran bukan pada jamban / kakus akan
memberi peluang transmisi penularan yang melalui perantara air dimana dalam hal
ini akan mempengaruhi kondisi lingkungan sehingga dapat menimbulkan kejadian
penyakit diare.
3. Kondisi
saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat masih tinggi hal ini
disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat tentang cara-cara pembuangan air
limbah yang memenuhi syarat dan dampak yang ditimbulkan antara lain sebagai
tempat penularan bibit penyakit, dari aspek estetika dapat menimbulkan bau yang
tidak sedap dan dapat menyebabkan kejadian penyakit yang berbasis lingkungan
seperti penyakit diare.
Saran.
Dari kesimpulan diatas, maka untuk
mencegah kejadian diare di Kelurahan Takalar, maka saran yang diberikan adalah
:
1. Upaya
penyuluhan kesehatan lingkungan perlu ditingkatkan secara kontinyu khususnya
pengadaan sarana kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat dengan jalan
kerjasama dengan pihak pemerintah setempat.
2. Perlu
adanya kerjasama antara instansi yang terkait guna meningkatkan upaya kesehatan
lingkungan.
3. Perlu
adanya motivasi dari petugas kesehatan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan upaya kesehatan lingkungan secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra
Budiman, 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Entjang,
Indan, 2000.Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT Cipta Aditya Bakti. Bandung
Ibrahim,
DP, 2007. Kesehatan Lingkungan (‘ Enviromental Health ‘), AKL. Depkes
Makassar.
Hamsinah,
2008. Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare di Desa
Bontolangkasa Utara Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa , skripsi tidak
diterbitkan, Makassar, AKL Depkes.
Kepmenkes
RI, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI, Nomor 1216/Menkes/SK/XI/2001
Tentang Penyakit Diare Depkes RI. Direktorat Jenderal PPH dan PL
Kusnoputranto,
Haryoto dkk, 2002 Kesehatan Lingkungan, Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan
Masyarakat Jurusan Kesehatan Lingkungan, Depok
Marwah,
2005. Hubungan Penyakit Diare dengan Sanitasi Lingkungan Pada Masyarakat di
Wilayah Pantai Lailos Kecamatan Galang Kabupaten Toli-toli, Skripsi
tidak diterbitkan, Makassar, Universitas Hasanuddin, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Unhas.
Nova,
2008. Hubungan Kondisi Sarana Air Bersih dan Jamban Keluarga dengan Kejadian
Diare di Kelurahan Pattalassang Kecamatan Pattalassang Kabupaten Takalar, SSkripsi
tidak diterbitkan, Makassar, AKL Depkes.
Notoatmodjo,
Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta. Jakarta
Profil
Kesehatan, 2007,2008,2009. Dinas Kesehatan Takalar
Profil
Kesehatan. 2007,2008,2009. Puskesmas Mappakasunggu
Ronny,
Muntu 2003. Dasar – Dasar Kesehatan Lingkungan, Depkes RI Politeknik
Kesehatan Jurusan Kesehatan Lingkungan, Makassar
Ronny,
Muntu, 2003 Air dan Kesehatan, Depkes RI Politeknik Kesehatan Lingkungan,
Makassar
Rahmawati,
2006 Studi
Sarana Air Bersih Hubungannya dengan Kejadian Diare di Kelurahan Lonrea,
Kecamatan Tanete Riantan Timur Kabupaten Bone, Skripsi tidak diterbitkan,
Makassar. AKL Muhammadiyah..
Ricky
M. Mulia, 2005 Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.
Sudarti,
2003. Hubungan Perilaku Masyarakat dengan Kondisi Kesehatan Lingkungan di
Desa Romangloe Kecamatan Bontorannu Kabupaten Gowa, Skripsi tidak
diterbitkan, Makassar. AKL Muhammadiyah.
Thamrin,
Husni dkk, 2009. Panduan Kerja Penyelesaian Studi, Badan Pengelola Riset,
Seminar dan Pelatihan Universitas Veteran Republik Indonesia, Makassar.
Udin
Djabu, dkk. 1990 Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja dan Air Limbah Pada Institusi
Pendidikan Sanitasi/Kesehatan Lingkungan, Jakarta, Depkes RI.
ber PHBS, yakni berprilaku bersih dan sehat dengan mengutamanan selalu membiasakan hidup bersih badan atau tempat tinggal selalu bersih
BalasHapus